Aku segera berlari setelah mendengar bunyi ketukan jendela yang ada dikamarku. Aku mendatangi jendela itu, dan kubuka.
“Andre, ternyata kamu beneran datang. Udah lama loh aku tunggu, kamu pasti basah kuyub. Ayo, cepetan masuk’’, aku menarik tangan Andre dan memersilahkan ia masuk. Tuhkan, mama dan papa salah besar mengira Andre tidak akan datang kesini.
‘‘Nih, pake handuk ini. Kamu basah banget tau Dre, lebih baik aku ngambilin teh anget buat kamu ya ?’’
Saat aku pergi, Andre meraih dan memegang tanganku, aku merasakan tangan Andre yang begitu dingin, tapi tidak basah.
‘‘ Kenapa ?’’
‘‘ Gak usah. Nanti ngerepotin kamu. Lagian aku gak mau sampe oranng tua kamu tau kalau aku ada disini. Nanti mereka pasti akan marah sama kamu. Lebih baik aku begini aja. Lagian aku udah gak apa-apa kok’’ Andre meyakinkanku.
‘‘Mmmm…’’ aku sedikit melihat keadaannya, sepertinya begitu, karena lantai kamarku tidak basah sama sekali, ‘‘…Okey, kalau begitu’’.
Andre duduk di sofa kamarku, ia memukul-mukul sofa-nya dengan artian aku disuruh duduk disebelahnya. Aku menurutinya. Aku duduk disebelahnya. Aku masih merasakan aura dingin disampingnya. Apa Andre baik-baik saja ?, itu pertanyaanku didalam hati. Tapi aku hanya tersenyum mendengar cerita-cerita serunya…
Ah,,, bahagianya duduk disamping Andre.
^^^
Aku membuka perlahan-lahan kelopak mataku. Hm…silau,
“Sayang, bangun. Udah jam setengah enam. Kalau kamu belum bangun juga nanti Kamu bisa terlambat, ayo bangun”, kata mama sambil mengusap-usap rambutku.
“Hah, udah jam setengah enam…” aku mengucek-ucek mataku, “…perasaan baru tidur sebentar”.
“Kemarin malam kamu bergadang lagi yaa? Kenapa akhir-akhir ini kamu sering bergadang sih ?. Bunga, kamu masih mikirin tentang Andre?”
“Aduh mama. Kenapa sih sekarang-sekarang ini mama gak ngizinin aku ketemuan sama Andre?, emangnya kenapa sih ma? Ada yang aneh?”
“Bunga sayang, Andrekan…”
“Udah ngobrolnya? Papa mau berangkat pagi nih, ada…ya ampun Bunga, kamu belum mandi?” tanya papa tiba-tiba. Aku langsung turun dari ranjang dan berjalan kearah kamar mandi dengan lemas. Papa dan mama melihatku dengan muka cemas. Kenapa sih, mama gak suka sama Andre ?. Perasaan, sebelumnya mama seneng-seneng aja sama Andre. Bahkan mama sering memuja Andre karena Andre itu baik, perhatian sama aku, juga agak ganteng. Bukan Cuma mama, tapi papa juga mulai aneh. Mulai nganterin aku rutin ke sekolah, padahal dulu aku disuruh naik ojek melulu. Aneh…
Aku melihat kesebelah. Ternyata Citra, teman baikku disekolah ini. Teman sekaligus sahabat. Sahabat tempat berbagi senang, sedih, makanan minuman, kado, novel-novel terbaru, komik dan tentunya masalah.
“ Bunga?, loe masih murung aja sih. Udah lah gak usah dipikirin lagi. udah seminggu juga. Gwkan gak mau ngeliat loe terus uring-uringan kayak gini. Bunga?”
“ Hm…Cit, loe liat dimana Andre gak?”
" BUNGA !!"
‘‘ Oh, gak liat ya ?. Hm, yaudah deh. Loe duluan kekelas gih. Tolong catetin pr gw ya?, plisssss buanget. Gw mau cari Andre dulu. Ya…ya…ya… ?’’
Aku langsung kabur dan meninggalkan seorang wanita dengan tinggi badan 168, berat badan 51, tas berwarna hijau dengan corak bunga-bunga dan rambut yang digerai.
Sorry ya Citra. Gw bener-bener pengen ketemu sama Andre sekarang. Gw mau ngomongin hal yang penting.
Aku terus berjalan cepat kearah halaman belakang sekolah. Aku berharap Andre ada dibawah pohon seperti biasanya. Sambil duduk dibawah pohon dan memejamkan matanya, dan ketika aku datang, dia akan membuka matanya dan berkata,
“ Sekarang wangi parfum Splendor dari Elizabeth Arden, ya?”
Aku langsung merebahkan tubuhku disebelahnya, “ Selalu tau”
“ Karena parfum kamu Cuma ada tiga. Kalau bukan itu pasti…”
“ Udah deh. Masa mau ngebahas parfum mulu tiap ketemu disini’’.
‘‘ Jadi kamu mau ngebahas apa ?. Bukannya kemarin kita udah ngobrol selama 4 jam ?. Kamu mau ngomong apa emang sekarang?’’.
‘‘ Ngebahas apa ya ?. tau deh, pokoknya aku mau buru-buru ketemua kamu aja setiap hari. Entah mau ngomong apa…” aku menatap Andre, aku sedang melihat mata Andre sekarang. Dan itu berarti kita sedang bertatapan. Aku memalingkan wajahku, “…Jangan geer dulu. Aku kesini cari kamu soalnya aku mau ngomong hal penting. Sekarang baru inget”.
“ Ngomong aja”
“ Hm, Dre. Kenapa ya, sekarang papa, mama, temen-temen disekolah pada gelarang aku ketemu kamu?. Padahal dulu mereka gak gitu”
Andre terus menatapku, aku mulai gugup.
‘‘ Yah, aku gak yakin kamu tau. Tapi aku…Dre, muka kamu kok pucet sih ? kamu sakit ? ’’.
‘‘ Hah ?’’ Andre memalingkan wajahnya dariku. Ia terlihat agak gugup, “Ngga kok. aku gak sakit”.
TENG…TENG…TENGGGGGG…
Bel sekolah mulai berbunyi, dan itu tandanya sekarang waktunya semua anak mulai belajar. Aku berdiri dari tempat yang aku duduki. Aku meraih tasku, ‘‘ Dre, aku pergi kekelasku dulu ya ?. Kamu ?’’.
Andre menarik tangannya dan mengkibas-kibaskannya. Aku disuruh duluan pergi kekelas. Aku menaikkan pundakku dan berbalik. Saat itu Andre menggenggam tangan kiriku. Ia berdiri dan menarik tanganku agar aku berbalik kearahnya, ia berkata dengan amat sangat serius.
‘‘ Bila semut mulai menyebarkan informasi-informasi kecilnya kepada semut-semut lainnya, seorang manusia yang paling dekat dengan semut pasti tidak akan mendengar hal itu dan akan mengacuhkan semut-semut yang sedang berinteraksi. Aku ingin kamu menjadi manusia yang tidak mendengar informasi-informasi apapun yang dibicarakan oleh semut ’’.
Aku hanya menatapnya bingung dan mengangguk.
^^^
‘‘ Bunga , laperrrrr…’’
‘‘ Citra, gw lagi sms nih. Udah deh, loe duluan aja nanti juga gw bakalan nyusulin elo dikantin’’
‘‘ Emang lagi smsin siapa sih ?’’
‘‘ Andre !’’
‘‘ Bunga, Andr…’’
Aku berdiri dan berlari, ‘‘ Gw mau pipis, kekamar mandi dulu ya cit !!!’’
Napasku terengah-engah dikamar mandi. aku terus mencoba sms hp-nya Andre. Sayangnya tidak terkirim. Aku juga sudah menelpon hp-nya. Dan hasilnya nihil. Akhirnya aku mulai ingin menelfon kerumahnya.
Tut…tut…tut…
“ Iya, hallo” sambung orang ditelfon. Kesambung!!!!
“ Ha…hallo bi atun, bisa bicara sama Andr…”
Tutututut……
Putus?
Perasaanku mulai tidak enak. Ada apa ya ?.Aku harus cari Andre sekarang.
^^^
“ Dre, kok waktu istirahat aku telfon kerumah kamu tapi langsung keputus sih?, trus aku juga dah sms ke hp kamu tapi gak bisa, aku juga udah telfon hp kamu loh. tapi nomor tidak aktif. Aku juga cari-cari kamu tadi disekolahan. Tapi kamu gak ada. Kamu Kenapa sih dre?”
Sekarang aku dan Andre berada ditaman yang biasa kita ketemu. Sepulang sekolah aku bertemu Andre ditaman. Tanpa disengaja. Karena tempat yang ingin kutuju adalah rumah Andre. Aku duduk disebelah Andre begitu aku melihat dirinya.
‘‘ Aku mulai curiga nih’’
Aku menatap Andre. Andre cepat sekali ganti bajunya. Apa dia pulang kerumah terlebuh dulu ?. tapi tidak mungkin. Karena aku langsung pergi kerumah Andre begitu bel berbunyi. Apa Andre bolos ?.
Aku tidak melihat reaksi apapun dari Andre. Aku mengambek dan berpaling dari Andre. Aku melihat anak-anak kecil yang sedang bermain perosotan terdiam melihat kearahku.
Aku seperti sudah pernah melakukan hal ini.
Aku kembali menatap Andre dengan bingung. Andre meronggoh saku celananya. Ia mengeluarkan amplop putih yang sudah lecek. Ia memberikannya padaku. Aku langsung mengambilnya. Setelahku pegang, aku melihat Andre. Andre menganggukkan kepalanya. Aku mulai membuka amplop itu. Membuka kertas yang ada didalamnya, dan mulai kubaca.
Tanpa disadari air mataku mengalir. Apa-apaan air mata ini? Kenapa hanya melihat puisi ini aku langsung menangis ?. Aku menatap Andre. Hah ? Andre sudah hilang ?. Andre pulang ? kok ?
Aku meraih handphone ku dan mengetik nomor rumah Andre.
‘‘ Ya, hallo ?’’
‘‘ Bi Atun bukan?’’
‘‘ Loh, ini non…Bunga bukan?’’
‘‘ Iya bi’ ini Bunga. Andrenya ada bi’ ?’’
Sunyi…
‘‘ Non…bunga kenapa toh? Kok tanyain den Andre?, den Andrekan sudah… meninggal non, 2 minggu yang lalu gara-gara kanker’’.
Aku kaget dan terdiam, aku seperti mengingat sesuatu. Aku ingat…aku mulai ingat…ingat akan hal ini…ingat kalau ini pernah terjadi…
ingat…
Aku melihat keselilingku. Anak-anak kecil yang tadi main di prosotan menghilang. Bukan hanya itu, semua anak yang main ditaman ini menghilang. Dan aku juga teringat, inikan siang hari, dan adegan yang sama seperti ini, dulu, itu, sore hari bukan ?
Aku benar-benar menangis, kakiku mulai lemas dan aku terjatuh, surat itu terus kupegang erat. Aku terus mengeluarkan air mata ini.
Aku ingat sekarang. Andreano Zelviect meninggal 13 mai, tepat 2 minggu yang lalu. Dan sehari sebelum meninggal, Andre dan aku bertemu di taman ini pada sore hari. Andre memberiku surat ini. Aku membacanya dan aku menangis. Sama seperti sekarang. Bedanya, dulu aku menangis dipelukannya dan sekarang tidak.